Rabu, 14 Oktober 2015

Tradisi Malam 1 Suro di Yogyakarta dan Semarang

| Rabu, 14 Oktober 2015
Tradisi Malam 1 Suro di Yogyakarta

Tradisi Topo Bisu Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta sudah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional. Mubeng Beteng ini biasa dilakukan masyarakat pada saat memasuki awal tahun baru penanggalan Jawa atau biasa disebut 1 Suro. 

Menurut Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rinta Iswara sebagai Carik Tepas Tanda Yekti Keraton Ngayogyakarta, malam tahun baru Jawa tahun 2015 ini masuk pada Rabu (Malem Kamis Pahing) tahun Jimawal 1949 atau 14 Oktober 2015 Masehi. Dengan demikian 1 Suro jatuh pada Kamis 15 Oktober 2015.

Penetapan malam 1 Suro berdasarkan penanggalan kalender Sultan Agungan. Hari-hari penting mulai tahun 1936 sampai tahun 2056 sudah tertulis dan terhitung oleh Keraton Yogyakarta.

Jika saat pergantian tahun baru masehi biasa dirayakan dengan suka cita namun berbeda saat malam 1 Suro. Setiap malam 1 Suro, masyarakat Yogyakarta cenderung melakukan aksi diam dan berdoa. Oleh karena itu sebagian masyarakat memanfaatkan dengan ritual Topo Bisu Mubeng Beteng dilaksanakan pada Rabu 14 Oktober 2015 malam.

Namun menurut Wakil Penghageng Tepas Tanda Yekti KPH Yudhahadiningrat, adanya warga yang akan menggelar Mubeng Beteng di luar waktu yang ditetapkan keraton tidak jadi masalah. Sebab, penghitungan penanggalan ini sudah ditetapkan oleh keraton melalui kalender Sultan Agungan.

Tradisi Malam 1 Suro di Semarang

Berendam di Tugu Suharto 
Sejak beberapa dekade terakhir, Tugu Soeharto menjadi tempat utama melaksanaan ritual malam 1 suro di Semarang. Tugu ini sebenarnya adalah monumen peringatan yang dibangun untuk mengenang perjuangan mantan presiden Soeharto melawan penjajah Belanda. Letaknya berada di tempuran (pertemuan) dua aliran Sungai Kaligarang yang berada di Kelurahan Bendan Ngisor, Kecamatan Gajah Mungkur. Warga percaya jika berendam di tempat ini dapat memberikan keberkahan.

Lek-lekan Warga 
Saat malam 1 suro hampir sebagian warga Semarang menggelar ritual lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk) dengan berkumpul bersama di gang-gang kampung. Biasanya warga membuat hidangan nasi tumpeng dan menggelar doa bersama.

Mencuci Keris 
Ritual mencuci benda pusaka berupa keris banyak dilakukan di malam 1 suro. Ritual ini biasanya dilakukan oleh seorang dukun dengan memakai air khusus yang sudah diberi mantera.

Ziarah ke Makam Leluhur 
Beberapa warga Semarang menghabiskan malam 1 suro dengan ‘ngalap berkah’ atau berziarah ke beberapa makam yang dianggap sebagai tokoh leluhur kota ini. Salah satu makam yang sering dikunjungi adalah makam ulama besar Muhammad Saleh bin Umar As-Shamarani atau dikenal dengan nama Kiai Sholeh Darat di TPU Bergota.

Bersemedi 
Bagi warga yang mengikuti ajaran Kejawen, malam 1 suro digunakan untuk bersemedi atau bermeditasi. Umumnya mereka mengambil tempat yang sepi dan jauh dari hiruk pikuk manusia. Konon, di beberapa kawasan perbukitan Semarang kerap digunakan untuk bersemedi saat malam satu suro.

Nah, itu dia Tradisi Malam 1 Suro di Yogyakarta dan Semarang. Semoga menambah wawasan Anda.

Sumber :
http://news.liputan6.com/read/2339470/keraton-yogyakarta-gelar-topo-bisu-mubeng-beteng-rabu-malam
http://www.bintang.com/lifestyle/read/2339838/5-tradisi-warga-semarang-menyambut-malam-1-suro


Related Posts