Jalan paling mengerikan di dunia. Begitulah sebutan untuk jalan setapak dengan panjang 800 meter yang terpaksa harus dilalui anak-anak China agar bisa bersekolah.
Anak-anak usia sekolah dasar itu harus memanjat dan menuruni tebing batu yang curam. Begitu juga jika warga desa kalau pergi menjual hasil-hasil pertanian mereka.
Tidak hanya itu, anak-anak berusia enam tahun dari Desa Atuler di Provinsi Sichuan, China barat daya, itu harus meniti anak tangga yang reyot pula. Nyawa adalah taruhannya.
Pihak berwenang di Sichuan telah bersumpah untuk membantu desa pegunungan terpencil itu setelah foto-foto muncul dan menjadi viral di media sosial. Dalam foto yang dirilis media daring di Beijing, lalu menjadi viral di media sosial, tampak anak-anak dengan beban tas sekolah di punggung terpaksa menapakkan kaki di tebing curam.
Ruas jalan yang dilalui hanya setapak. Sedikit saja kaki terpeleset, maka nyawa akan jadi taruhan.
Ada bagian jalan yang ditaruh dengan tangga reyot agar bisa dilalui. Namun, namun ada juga ruas jalan yang tanpa tangga sehingga kaki harus berpijak langsung pada dinding batu nan curam.
Foto-foto diambil oleh Chen Jie, seorang fotografer Beijing News, peraih penghargaan dari World Press Photo atas karya jurnalistiknya merekam ledakan mematikan di Tianjin tahun lalu.
Chen menggunakan akun WeChat untuk menggambarkan situasi yang mengerikan, saat ia pertama kali menyaksikan 15 murid desa Atuler, berusia antara 6–15 tahun, melewati jalan setapak tersebut.
Chen menghabiskan tiga hari mengunjungi masyarakat miskin itu dan mencoba sampai tiga kali melewati jalan berbahaya itu. Zhang Li, reporter televisi resmi China CCTV, yang juga dikirim ke daerah pegunungan Atuler, menangis saat ia harus berusaha mencapai desa itu.
Api Jiti, Depala Atuler mengatakan kepada Beijing News, bahwa tidak ada cukup ruang untuk membangun sekolah sehingga mereka harus ke puncak gunung.
Atuler dihuni oleh 72 keluarga penghasil paprika dan kenari itu. Mereka mendiami lembah yang sangat dalam dan sempit di sekitar palungan sungai.
Kepala desa mengatakan, bahwa "tujuh atau delapan" warga desa telah tewas akibat jatuh ke jurang saat meninti jalan setapak yang curam itu. Perjalanan ke sekolah sekarang dianggap begitu melelahkan dan berbahaya. Anak-anak telah dipaksa untuk naik ke sekolah di puncak gunung.
Agar tidak melelahkan, anak-anak akan kembali menjenguk keluarga dua kali dalam sebulan.
Seorang warga Desa Atuler, Chen Jigu, menuturkan, tangga kayu yang digunakan untuk naik dan turun di jalan setapak tersebut, dibuat ratusan tahun lalu.
Lebih dari 680 juta warga China telah membebaskan dirinya dari kemiskinan sejak ekonomi negara itu mulai maju pada tahun 1980-an. Namun, kemiskinan paling buruk masih melanda desa-desa terpencil, antara lain seperti dialami warga Desa Atuler, yang dilaporkan hidup kurang dari 1 dollar AS atau Rp 13.500 per hari.
Presiden China Xi Jinping telah bersumpah untuk memberantas kemiskinan pada tahun 2020 dengan menawarkan bantuan keuangan bagi sekitar 70 juta jiwa warga pedesaan yang hidup kurang dari 2.300 yan per bulan atau setara Rp 4,7 juta per bulan.
Meskipun China telah membuat prestasi luar biasa di mata dunia, China tetap merupakan negara berkembang terbesar di dunia.
Sumber :
http://www.tribunnews.com/internasional/2016/05/28/demi-bersekolah-anak-anak-ini-harus-memanjat-tebing-curam-setinggi-800-meter-setiap-hari
Anak-anak usia sekolah dasar itu harus memanjat dan menuruni tebing batu yang curam. Begitu juga jika warga desa kalau pergi menjual hasil-hasil pertanian mereka.
Tidak hanya itu, anak-anak berusia enam tahun dari Desa Atuler di Provinsi Sichuan, China barat daya, itu harus meniti anak tangga yang reyot pula. Nyawa adalah taruhannya.
Pihak berwenang di Sichuan telah bersumpah untuk membantu desa pegunungan terpencil itu setelah foto-foto muncul dan menjadi viral di media sosial. Dalam foto yang dirilis media daring di Beijing, lalu menjadi viral di media sosial, tampak anak-anak dengan beban tas sekolah di punggung terpaksa menapakkan kaki di tebing curam.
Ruas jalan yang dilalui hanya setapak. Sedikit saja kaki terpeleset, maka nyawa akan jadi taruhan.
Ada bagian jalan yang ditaruh dengan tangga reyot agar bisa dilalui. Namun, namun ada juga ruas jalan yang tanpa tangga sehingga kaki harus berpijak langsung pada dinding batu nan curam.
Foto-foto diambil oleh Chen Jie, seorang fotografer Beijing News, peraih penghargaan dari World Press Photo atas karya jurnalistiknya merekam ledakan mematikan di Tianjin tahun lalu.
Chen menggunakan akun WeChat untuk menggambarkan situasi yang mengerikan, saat ia pertama kali menyaksikan 15 murid desa Atuler, berusia antara 6–15 tahun, melewati jalan setapak tersebut.
Chen menghabiskan tiga hari mengunjungi masyarakat miskin itu dan mencoba sampai tiga kali melewati jalan berbahaya itu. Zhang Li, reporter televisi resmi China CCTV, yang juga dikirim ke daerah pegunungan Atuler, menangis saat ia harus berusaha mencapai desa itu.
Api Jiti, Depala Atuler mengatakan kepada Beijing News, bahwa tidak ada cukup ruang untuk membangun sekolah sehingga mereka harus ke puncak gunung.
Atuler dihuni oleh 72 keluarga penghasil paprika dan kenari itu. Mereka mendiami lembah yang sangat dalam dan sempit di sekitar palungan sungai.
Kepala desa mengatakan, bahwa "tujuh atau delapan" warga desa telah tewas akibat jatuh ke jurang saat meninti jalan setapak yang curam itu. Perjalanan ke sekolah sekarang dianggap begitu melelahkan dan berbahaya. Anak-anak telah dipaksa untuk naik ke sekolah di puncak gunung.
Agar tidak melelahkan, anak-anak akan kembali menjenguk keluarga dua kali dalam sebulan.
Seorang warga Desa Atuler, Chen Jigu, menuturkan, tangga kayu yang digunakan untuk naik dan turun di jalan setapak tersebut, dibuat ratusan tahun lalu.
Lebih dari 680 juta warga China telah membebaskan dirinya dari kemiskinan sejak ekonomi negara itu mulai maju pada tahun 1980-an. Namun, kemiskinan paling buruk masih melanda desa-desa terpencil, antara lain seperti dialami warga Desa Atuler, yang dilaporkan hidup kurang dari 1 dollar AS atau Rp 13.500 per hari.
Presiden China Xi Jinping telah bersumpah untuk memberantas kemiskinan pada tahun 2020 dengan menawarkan bantuan keuangan bagi sekitar 70 juta jiwa warga pedesaan yang hidup kurang dari 2.300 yan per bulan atau setara Rp 4,7 juta per bulan.
Meskipun China telah membuat prestasi luar biasa di mata dunia, China tetap merupakan negara berkembang terbesar di dunia.
Sumber :
http://www.tribunnews.com/internasional/2016/05/28/demi-bersekolah-anak-anak-ini-harus-memanjat-tebing-curam-setinggi-800-meter-setiap-hari